BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah:
a. Suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Subekti, et al.., 1999).
b.
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(American Diabetes Association, 2003; Soegondo, 1999).
c. Keadaan hiperglikemia
kronis sebagai akibat dari berbagai faktor lingkungan dan genetik, sering
keduanya bersama-sama (WHO, 1980, disadur dari Wiyono, 2000)
d. Merupakan gangguan metabolisme
dan distibusi gula oleh tubuh penderita.
e. Suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.
2.2
Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus Menurut ADA 2003
a.
Diabetes Melitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
(1).Melalui proses imunologik
(2).Idiopatik
b. Diabetes Melitus Tipe 2
(bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
c.
Diabetes Melitus Tipe Lain
1) Defek genetik fungsi sel beta:
2) Kromosom 12, HNF-1 alfa (dahulu MODY 3)
3) Kromosom 7, Glukokinase (dahulu MODY 2)
4) Kromosom 20, HNF-4 alfa (dahulu MODY 1)DNA mitochondria.
5)
Defek genetik kerja insulin
6) Penyakit eksokrin pankreas:
a)
Pankreatitis
b)
Trauma/pangkreatektomi
c)
Neoplasma
d)
Cystic Fibrosis
e)
Hemochromatosis
f) Pankreatopati fibro kalkulus
7) Endokrinopati:
a)
Akromegali
b)
Sindroma cushing
c)
Feokromositoma
d)
Hipertiroidisme
8)
Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidine, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa
hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa
9) Infeksi :
rubella kongenital dan CMV
10)
Imunologi (jarang) : antibodi anti reseptor insulin
11) Sindroma
genetik lain : Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington Chorea, Sindroma
Prader Willi.
2.3 Epidemiologi
Secara
epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor genetik,
lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada
kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga ditemukan
perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan.
Dari segi
epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes pada
anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-onset
diabetes”. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut DM
tipe 1 dan yang kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes
melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil, dan diabetes yang
disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM
tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di negara tropik jauh lebih
sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan
puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2
adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering
setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan diabetes mencapai 3
sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan
dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum ada komplikasi,
biasanya pasien tidak berobat ke rumah
sakit atau ke dokter. Ada juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi
karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan
jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang terdiagnosis.
Menurut penelitian keadaan ini pada negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak
terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang
termasuk Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian
lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2 akan
meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi
lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini
berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya
DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
2.4
Gambaran Klinis
Kejadian DM
diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain
timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat relatif yang
disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline
recistance). Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan
organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemi) (M.N Bustan, 2007).
Gejala
klasik DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam
hari , banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu
kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat
lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar
sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak
merasakan adanya keluhan. Mereka mengetahui adanya DM hanya pada saat chek up
ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi (Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid,
2007).
Faktor Pencetus
Faktor Pencetus
Factor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di
samping penyebab lain seperti infeksi, kehamilan, dan obat-obatan. Tetapi,
meskipun demikian, pada orang dengan bibit diabetes, belumlah menjamin
timbulnya penyakit diabetes. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa factor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan factor
perncetus diabetes mellitus adalah :
- kurang gerak/ malas
- makanan berlebihan
- kehamilan
- kekurangan produksi hormone insulin
- penyakit hormone yang kerjanya berlawanan dengan insulin.
2.5 Gejala dan Tanda-Tanda Awal
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian ialah :
a.Keluhan klasik
1.Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di
sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil
dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
2.Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
3.Banyak minum
3.Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
4.Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
b. keluhan lain
1.Gangguan saraf tepi/ kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama
pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2.Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai
gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
3.Gatal/bisul
3.Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul
akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
4.Gangguan ereksi
4.Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
5.Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
2.6 Patofisiologi
Seperti suatu
mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu juga memerlukan
energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi sebagai bahan bakar
itu berasal dari bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein dan
lemak.
Di dalam
saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam
pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh untuk dipergunakan oleh organ-organ
didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk
dulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama
glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya adalah
timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme.
Dalam proses
metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon yang dikeluarkan oleh sel beta
pankreas) memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa
ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau Langerhans (kumpulan sel yang
berbentuk pulau di dalam pankreas dengan jumlah ± 100.000) yang jumlahnya
sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian dimetabolisir
menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap berada didalam
pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat.
Dalam keadaan seperti ini tubuh
akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang
terjadi pada DM tipe 1. Tidak adanya insulin pada DM tipe 1 karena pada jenis
ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel
beta (insulitis).
Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-lain. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa (Suyono, 1999).
Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-lain. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa (Suyono, 1999).
Sedangkan pada
DM tipe2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor ini
dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan
tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang,
hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaanya
adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi
atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin (Suyono, 1999).
Penyebab
resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
faktor-faktor di bawah ini banyak berperan, antara lain:
1) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM
tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar
itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin.
Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis
(Suyono, 1999).
2.7 Diagnosa
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak
dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah kapiler (Perkeni,
1998)
Diagnosis diabetes dipastikan bila:
a. Terdapat
keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl).
b. Terdapat
keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai
dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl dan atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang sama atau pada hari yang berbeda).
2.8 PENYEBAB DIABETES MELITUS
Menurut
sumber wikipedia Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin ialah untuk menjaga
keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan pengambilan glukosa
oleh sel badan. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah insulin
yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh
dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam
tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah menyebabkan berlakunya
penyakit kencing manis juga dikenal sebagai Diabetes Melitus.
Berikut ini
merupakan penyebab diabetes melitus :
1) Banyak
Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula
Kita semakin sulit menghindari makanan yang
mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup,
minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan
dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang
patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut
tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau
kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita
boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.
2) Kurang
tidur
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu
kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena
penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah
secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit kembali.
3) Makan
terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan
terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula
dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat
dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah
pemicu awal terjadinya gejala diabetes. Untuk penderita diabetes bisa juga
membaca artikel makanan diabetes melitus.
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang
tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu
terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati
dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu
produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
5) Kurangnya
Aktivitas Fisik
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat
kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer
serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan
lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun
berat badan menjadi berlebih.
Sebagai
pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya
jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan
sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
6) Faktor
Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena
faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang
menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang
sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan
terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu)
menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu
83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes,
maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika
kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya
menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
2.9 Komplikasi
Apabila glukosa
darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun kemudian hampir selalu akan
timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes dapat
dibagi dalam dua kelompok besar:
a. Komplikasi akut.
Timbul secara
mendadak. Ini merupakan keadaan gawat darurat. Keadaan ini bisa menjadi fatal
apabila tidak ditangani dengan segera. Termasuk dalam kelompok ini adalah
hipoglikemia(glukosa darah terlalu rendah), hiperglikemia(glukosa darah terlalu
tinggi), dan terlalu banyak asam dalam darah (ketoasidosis diabetik).
b. Komplikasi
kronis.
Timbul secara
perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat
dan membahayakan. Misalnya, komplikasi pada saraf (neoropati), mata
(retinopati, katarak, glaukoma), ginjal (nefropati), jantung (angina, serangan
jantung, tekanan darah tinggi, PJK), pembuluh darah, hati(hepatitis, perlemakan
hati/ fatty liver, batu empedu),
tuberkulosis paru, gangguan saluran makan, infeksi sehingga mengganggu fungsi
kekebalan tubuh dan penyakit kulit(Bruise,vitiligo,
necrobiosis lipoidica, xanthelasma, alopecia, lipohypertrophy/
hipertropi insulin, lipoatropi insulin, kulit kering karena kerusakan saraf
otonom sehingga keringat menjadi berkurang, infeksi jamur seringkali diantara
jari kaki, acanthosis nigricans/
penimbunan pigmen gelap dibelakang leher dan ketiak, kulit yang menebal pada
penderita DM yang lebih dari 10 tahun).
2.10 Pemberian Obat/ Pengobatan Pasien DM
Pemberian obat
kepada pasien sesuai petunjuk dokter merupakan suatu tindakan/ praktek
kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
sebagai bagian dari perilaku seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan
(yang dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit DM yang
diderita seseorang), yang kemudian dalam proses selanjutnya akan melaksanakan
atau mempraktekkan sesuai apa yang diketahuinya dan disikapi/ dinilainya baik
untuk dilakukan ( Notoadmodjo S, 2007).
Menurut
Sidartawan Soegondo, prinsip pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM
terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan insulin dan,
b. Pengobatan dengan Obat
Hipoglikemik Oral.
a.
Pengobatan dengan Insulin
Indikasi pemberian obat bagi pasien dengan terapi insulin, diberikan untuk:
1)
Semua orang dengan diabetes tipe 1 yang memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2) Orang dengan diabetes tipe 2 tertentu yang mungkin membutuhkan insulin bila
terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila
mengalami stres fisiologi seperti pada tindakan pembedahan.
3) Orang dengan diabetes kehamilan (diabetes yang timbul selama kehamilan)
membutuhkan insulin bila diet tidak saja dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
4) Orang yang diabetes dengan ketoasidosis.
5) Orang dengan diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara
bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi
peningkatan kebutuhan insulin.
6) Pengobatan sindroma hiperglikemi non-ketotik-hiperosmolar
b.
Cara Penggunaan Insulin
Sekresi insulin
dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum makan) dan
insulin prandial (setelah makan).
Insulin basal ialah insulin yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia puasa akibat
glukoneogenesis dan juga mencegah ketogenesis yang tidak terdeteksi.
Insulin Prandial ialah jumlah insulin yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan nutrien ke
dalam bentuk energi cadangan sehingga tidak terjadi hiperglikemia postprandial.
Insulin Koreksi (supplement) ialah insulin
yang diperlukan akibat kenaikan kebutuhan insulin yang disebabkan adanya
penyakit atau stres. Pemberian
insulin tergantung pada kondisi pasien dan fasilitas yang tersedia. Untuk
pasien yang non-emergensi, pemberian suntikan subkutan atau intramuskular
(jarang dilakukan). Pada pasien dengan kondisi kegawatan diberikan dengan pompa
infus atau secara bolus intra vena. Insulin dapat juga diberikan secara
subkutan dengan menggunakan pompa insulin atau yang dikenal dengan continuous subcutaneous insulin infusion
(CSII).
Sebelum
menyuntikan insulin, kedua tangan dan daerah yang harus disuntik haruslah
bersih. Tutup vial insulin harus diusap dengan isopropil alkohol 70%. Untuk
semua macam insulin kecuali kerja cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-lahan
dengan kedua telapak tangan (Jangan dikocok) untuk melarutkan kembali suspensi.
Ambilah udara sejumlah insulin yang akan diberikan dan suntikanlah kedalam vial
untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila
akan dipakai campuran insulin.
Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja menengah atau panjang, maka
insulin yang jernih atau kerja cepat harus diambil terlebih dahulu. Setelah
insulin masuk ke alat suntik, periksalah apa mengandung gelembung udara. Satu
atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi
gelembung tersebut. Gelembung tersebut sebenarnya tidaklah terlalu berbahaya
tetapi dapat mengurangi dosis insulin.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan. Pada umumnya disuntikan
dengan sudut 90 derajat. Pada pasien kurus dan anak-anak, setelah kulit dijepit
dan insulin disuntikan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikan
intra muskular. Aspirasi tidak perlu dilakukan secara rutin. Bila suntikan
terasa sakit atau mengalami perdarahan setelah proses penyuntikan maka daerah
tersebut sebaiknya ditekan selama 5-8 detik.
c.
Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan insulin
yang ada di pasaran Indonesia, berdasarkan waktu kerja dapat dilihat pada tabel
di halaman berikut ini:
Tabel 1. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan Insulin
|
Awal Kerja
|
Puncak Kerja
|
Lama Kerja
|
Insulin Prandial
Insulin Kerja cepat
Regular (Actrapid; Humulin
R)
Insulin analog, kerja sangat cepat
Insulin glulisine (apidra*)
Insulin aspart (Novo Rapid
*)
Insulin lispro (Humalog)
|
30-60 mnt
5-15 mnt
5-15 mnt
5-15 mnt
|
30-90 mnt
30-90 mnt
30-90 mnt
30-90 mnt
|
5-8 jam
3-5 jam
3-5 jam
3-5 jam
|
Insulin Kerja Menengah
NPH (Insulatard, Humulin N)
Lente
|
2-4 jam
3-4 jam
|
4-10 jam
4-12 jam
|
10-16 jam
12-18 jam
|
Insulin Kerja Panjang
Insulin glargine (Lantus)
Ultralente*
Insulin detemir (Levemir*)
|
2-4 jam
6-10 jam
2-4 jam
|
Tdk ada puncak
8-10 jam
Tdk ada puncak
|
|
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70%NPH/ 30% reguler )Mixtard:
Humulin 70/30)
70%NPH/ 30% analog rapid
(NovoMix 30)
|
30-60 mnt
|
Dual
|
10-16 jam
|
Sumber: Soegondo S dalam Penatalaksanaan DM Terpadu, 2007
d.
Pengobatan dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
Menurut
Tjokroprawiro Askandar, dkk, 2007, syarat OHO berhasil baik bila diet dan
latihan fisik harus dilaksanakan dengan benar (3J), Jumlah-Jadwal-Jenis dan
diberikan pada penderita yang:
a) Umur > 40 tahun.
b) Lama DM-nya kurang dari 5 tahun.
c) Belum pernah suntik insulin, atau bila pernah suntik insulin, kebutuhan
insulin kurang dari 20 unit/ hari.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Diabetes
Mellitus adalah Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Subekti, et al.., 1999). Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus Menurut ADA 2003 terdriri atas
Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes
Melitus Tipe 2 dan Diabetes Melitus Tipe Lain.
Secara
epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor genetik,
lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada
kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga ditemukan
perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan. DM tipe
2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi
lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini
berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya
DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa
intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh
berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian
akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya
hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan
tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid,
2007).
Kejadian DM
diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain
timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat relatif yang
disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline
recistance). Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan
organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemi) (M.N Bustan, 2007).
Baik pada DM
tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar
itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin.
Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis
(Suyono, 1999).
Diagnosa DM
harus didasarkan atas pemeriksaan kadar
glukosa darah, tidak dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja.
Dalam menentukan diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil
dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah
kapiler (Perkeni, 1998).
Apabila glukosa
darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun kemudian hampir selalu akan
timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes dapat
dibagi dalam dua kelompok besar: a). Komplikasi akut dan b). Komplikasi kronis. Sedangkan Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip
pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan insulin dan,
b. Pengobatan dengan Obat
Hipoglikemik Oral.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
NANDA, 2002, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi, PSIK FK UGM, Yogyakarta.
www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
NANDA, 2002, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi, PSIK FK UGM, Yogyakarta.
www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar